Penulis : Tiara Rahmina Pratami
PENDAHULUAN
Membangun generasi yang berkualitas menjadi salah satu prioritas utama negeri dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan dinamika. Cita-cita suatu negara untuk melahirkan generasi emas yang berkualitas tentu tidak terlepas dari peran generasi mudanya yang akan memegang tonggak kepemimpinan di masa mendatang. Generasi berkualitas yang seringkali dianggap hanya diukur dari aspek intelektual semata, nyatanya dapat dilahirkan dan diukur dari berbagai macam aspek. Generasi ini tidak hanya diukur dari aspek intelektual semata, namun juga dari kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan teknis yang secara langsung dapat dipraktekkan pada kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Generasi muda Indonesia membutuhkan bekal persiapan sebagai salah satu komponen yang akan memperjuangkan cita-cita Indonesia untuk melahirkan generasi berkualitas. Peluang untuk melahirkan generasi berkualitas dapat ditempuh dengan pendekatan sederhana namun efektif, salah satunya pendidikan. Pendidikan yang efektif dan berkualitas merupakan kunci utama untuk mencetak generasi emas berkualitas. Pendidikan yang baik dan efektif tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, namun juga membekali dengan keterampilan hidup, kemampuan berpikir kritis, dan nilai-nilai moral yang tidak kalah penting dengan kemampuan intelektual. Hal ini menjadi sangat penting untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga tangguh dan siap beradaptasi dengan perkembangan zaman.
PEMBAHASAN
Indonesia menerjang era globalisasi dan perkembangan teknologi, yang dengan nyata mendesak melonjaknya kebutuhan akan sumber daya manusia yang adaptif dan kompeten. Kemampuan adaptasi, keterampilan dan pengetahuan relevan masa kini yang sudah dipoles sedemikian rupa dengan bantuan teknologi, akan usang dan tergantikan dalam beberapa tahun mendatang. Sehingga kebutuhan akan pendidikan berkelanjutan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan adaptif menjadi sangat penting.
Pendidikan tradisional yang berhenti pada tingkat formal tidak lagi memadai untuk generasi Indonesia masa kini yang dihadapkan dengan tantangan masa depan yang dinamis. Oleh karena itu, konsep pembelajaran sepanjang hayat atau lifelong learning menjadi relevan dan krusial untuk membentuk generasi berkualitas yang siap beradaptasi. Lifelong learning (pembelajaran sepanjang hayat) adalah konsep tentang pembelajaran terus-menerus dan berkesinambungan (continuing-learning).
Untuk indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup melalui kebijakan Negara (Tap MPR No. IV / MPR / 1970 jo. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain : a.) Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang). b.) Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan).
Dasar pemikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup sangat penting dapat ditinjau dari dua tinjauan yaitu:
- Tinjauan Ideologis, yaitu pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensinya dengan terus menerus sepanjang hidupnya, memberikan skill agar mampu beradaptasi dengan masyarakat.
- Tinjauan Teknologis, yaitu dunia saat ini dilanda oleh eksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbagai produk yang dihasilkannya, yang menuntut untuk selalu mengembangkan dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya agar dapat bersaing di kancah global.
Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, sekolah, dalam pekerjaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan konsep ini, pendidikan menjadi suatu komponen yang memandang jauh ke depan dan berusaha untuk terus menghasilkan sumber daya manusia dan masyarakat yang baru. Suzanna Kindervatter dalam Sudjana (2000) mendefinisikan pendidikan luar sekolah sebagai suatu metode penerapan kebutuhan, minat orang dewasa, dan pemuda putus sekolah di negara berkembang dengan membantu dan memotivasi mereka untuk mendapatkan keterampilan guna menyesuaikan pola tingkah dan aktivitas yang akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan standar hidup.
Menimba ilmu di pendidikan formal dengan kurun waktu yang relatif panjang tidak lagi menjamin individu untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai. Sistem pendidikan formal seringkali hanya berfokus pada teori-teori dan konsep yang bersifat akademis dan tidak dapat dipraktekkan secara langsung pada kehidupan bermasyarakat. Sementara keterampilan praktis yang jelas dibutuhkan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari justru kurang mendapat perhatian.
Oleh karena itu, penting bagi individu untuk terus belajar dan mengembangkan diri melalui pembelajaran sepanjang hayat atau lifelong learning. Pembelajaran sepanjang hayat memungkinkan individu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan aktual mereka, baik di lingkungan profesional maupun pribadi.
Berdasarkan uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan generasi berkualitas dan pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan dan merupakan hakikat pendidikan itu sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat adalah usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan talenta-talenta yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pendidikan/pembelajaran.
Generasi muda sebagai agent of change atau agen perubahan tentunya menjadi komponen pertama yang terdampak oleh konsep pembelajaran sepanjang hayat. Namun, implikasi dari konsep pembelajaran sepanjang hayat atau lifelong learning tidak hanya dirasakan oleh generasi muda namun juga oleh masyarakat secara keseluruhan. Implikasi merupakan akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:
- Pendidikan baca tulis fungsional
Banyak dari masyarakat Indonesia yang masih buta huruf dan tidak melek akan literasi (illiterate). Padahal kemampuan relevansi kemampuan ini sangat tinggi dan krusial untuk menunjang berkembangnya suatu negara. Kemampuan literasi yang baik adalah kunci untuk pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Individu yang terampil dalam membaca dan menulis lebih mampu berinovasi, mengambil inisiatif, dan berkontribusi pada perkembangan ekonomi. Dimana hal ini akan mendorong mereka untuk meningkatkan taraf hidup, mendapatkan pekerjaan, dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang produktif. Realisasi program ini dapat memuat beberapa hal sebagai berikut: a.) Pemberian kecakapan literasi dasar yang mencakup menulis, membaca, dan menghitung. b.) Pembekalan pengajar, dimana pengajar dibekali dengan metode mengajar yang efektif, kolaboratif, dan kritis. - Pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics)
Era globalisasi dan informasi, yang ditandai oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berhadapan dengan kemajuan IPTEK yang sangat pesat, program pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) menjadi sangat penting. Kemampuan seperti keterampilan digital adalah salah satu keterampilan teknis relevan yang dapat dipelajari melalui konsep lifelong learning.
Dari cara memasak yang semakin mengandalkan teknologi otomatis hingga eksplorasi luar angkasa, perkembangan ini membawa konsekuensi signifikan bagi pendidikan yang harus berlangsung secara berkelanjutan (pendidikan sepanjang hayat). Teknologi dapat memberikan akses yang lebih luas dan fleksibel kepada peserta didik untuk terus belajar di berbagai tahap kehidupan mereka. Realisasi program tersebut dapat memuat beberapa hal berikut: a.) Gamifikasi b.) Sistem flipped classroom, dimana sebelum memasuki suatu materi peserta didik akan menonton video materi dari guru bersangkutan yang dibagikan pada LMS (learning management system) dan menuliskan pertanyaan yang akan didiskusikan pada sesi problem solving dan critical thinking di kelas bersama guru dan peserta didik lainnya. c.) Sistem blended learning, dimana sistem ini akan memadukan pembelajaran kelas tatap muka (classroom learning) dan pembelajaran online (online learning) secara interaktif. - Pendidikan vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non-formal. Persiapan dunia kerja, fleksibilitas pemilihan karier, dan melatih kemampuan kewirausahaan merupakan beberapa alasan mengapa pendidikan vokasional penting dilaksanakan. Namun, yang tidak kalah penting adalah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai, dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasional itu tetap dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous).
KESIMPULAN
Membangun generasi yang berkualitas menjadi salah satu prioritas utama negeri dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan dinamika. Untuk mencapai cita-cita bangsa, tidak harus selalu ditempuh dengan cara yang kompleks dan rumit. Pendekatan sederhana namun efektif seringkali lebih berdampak. Salah satu pendekatan sederhananya adalah dengan mengimplementasikan metode belajar yang efisien, efektif, dan praktikal. Maka, konsep atau metode pembelajaran lifelong learning menjadi solusi yang tepat untuk tantangan ini. Dalam konsep ini, individu akan belajar secara continous atau berkelanjutan.
BIODATA PENULIS
Nama Tiara Rahmina Pratami dianugerahkan kepada saya tepat pada tanggal 23 Maret 2007 di Jakarta, tepatnya pada hari Jumat yang cerah. Membaca, menulis, dan coding adalah tiga serangkai yang selalu menemani hari-hari saya tanpa henti. Aktivitas saya mencerminkan kecintaan pada dunia literasi dan teknologi; dari merangkai kata-kata menjadi cerita yang indah, menyelami dunia melalui halaman-halaman buku, hingga menciptakan website yang penuh kreativitas. Di media sosial, ia dapat ditemukan sebagai @tiaraahmina dan @atlantiscene tempat di mana saya berbagi karya dan pemikiran dengan dunia.
DAFTAR RUJUKAN
Maksum, Ali. (2004). Paradigma Pendidikan Universal i Era Modern dan Post Modern, (Yogyakarta : IRCISoD) Hal. 279
Kindervatter, Sudzanna. (1979), Nonformal Education As An Empowering Process
Syamsu Yusuf, Achmad Juntika. (2012). Teori Kepribadian, Bandung :PT. Remaja Rosdakarya,160
Teguh Kurnia dan Arundati Shinta, Hubungan antara Kohesivitas Organisasi dengan Aktualisasi Diri pada Anggota Komunitas Pemuda Gereja, SEMINAR PSIKOLOGI & KEMANUSIAAN © 2015 Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8, Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Goldstein, Kurt (1939). The Organism: A Holistic Approach to Biology Derived from Pathological Data in Man
Ade Darman, Regina. (2017). Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 Melalui Pendidikan Berkualitas, Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V3.i2(73-87)
Fuad Hasan. (2010). Dasar-Dasar Kependidikan, cet. 6 (Jakarta, Reneka Cipta) hal. 42
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 224-226
Hakim, Azizul. (2020). Teori Pendidikan Seumur Hidup dan Pendidikan Untuk Semua, Volume I, Nomor 2
Jannah, Fathul. (2013). Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya, Dinamika Ilmu, Vol. 13. No. 1