Menghindari prilaku tercela

Baca dan cermatilah ayat berikut, kemudian renungkanlah maknanya!

ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ

Artinya: “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (Q.S. Al-Hadid [57]: 20)

  1. Hubbud Dunya

Rasulullah saw. merupakan utusan Allah Swt. dan penutup para nabi, beliau mengajarkan pada kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala sesuatu sebagaimana hadis berikut:

خَيْرِ الأُمُوْرُ اَو سَطُهَا

Artinya: “Sebaik-baik perkara adalah tengah-tengah”.

Dari sini dapat dipahami bahwa yang berlebih-lebihan itu tidak baik, termasuk berlebih-lebihan dalam cinta dunia (hubbud dunya). Hubbud dunya adalah terlalu cinta pada dunia sampai menjadikan kita lalai pada kewajiban kita, terlalu mencari-cari harta sampai lupa dengan akhirat, nauzubillah. Dijelaskan pula dalam suatu hadis:

حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلُّ خَطِيْئَةٍ

 Artinya: “Cinta dunia adalah pangkal dari segala masalah”.

Maka dari itu ingatlah kita hidup di dunia hanyalah sebentar dan hanya untuk menyembah kepada Allah, bukan yang lainnya, agar tidak terlena dengan gemerlap dunia yang tidak lebih mulia dibanding sayap nyamuk. Cara mengatasi cinta dunia juga bisa kita lakukan dengan mengingat mati agar Allah senantiasa menjaga hati kita.

Hubbud dunya merupakan sumber kehancuran umat. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan dan menggerus keimanan seseorang kepada Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda:

فَوَ اللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّى أَخْشَى أنْ تَبْسَطَ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Artinya: “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (HR Bukhari-Muslim)

Ketika seseorang menjadikan dunia ini sebagai tujuan, maka cintanya kepada dunia akan melebihi cintanya kepada Allah Swt.. Artinya orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan, maka ia akan lalai mengingat Allah Swt.. Konsekuensinya, ia akan mudah tergelincir ke dalam pusaran dosa. Selain itu, ia juga tidak akan siap menjalani kehidupan dengan cara-cara yang diridai Allah Swt..

Berkaitan dengan sifat tersebut, mungkin terdapat orang yang sampai menghalalkan segala cara untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Mulai dari merampok, mencuri, membunuh, korupsi, atau juga mengejar jabatan tertentu lewat jalan yang dilaknat Allah Swt.. Mereka melakukan hal tersebut karena mereka sudah terjebak ke dalam hubbud dunya, sehingga mereka lupa tentang adanya kehidupan setelah kematian atau kehidupan akhirat. Mereka tidak ingat, bahwa setiap perbuatan yang mereka kerjakan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Orang-orang yang gila dunia juga tidak akan pernah siap menghadapi musibah. Jika mereka kehilangan harta sedikit saja, maka mereka akan menyesalinya sejadi-jadinya. Jika mereka gagal meraih sesuatu, maka mereka akan menjadi stres atau bahkan sakit jiwa. Selain itu, yang lebih berbahaya lagi, agama demi memenuhi hawa nafsu mereka. mereka yang begitu mencintai dunia akan mudah goyah imannya. Bahkan tak segan-segan menjual agama demi memenuhi hawa nafsu mereka.

Seorang Mukmin hendaknya berhati-hati dengan penyakit ini, harus berusaha terhindar dari penyakit yang dikhawatirkan oleh Rasulullah saw. ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan senantiasa memantapkan akidah, seperti dengan memperbanyak mengingat kematian. Orang yang senantiasa mengingat mati, insya Allah akan mampu memelihara hatinya dari hubbud dunya

Berpikir Kritis

Apakah Anda sudah memahami tentang hubbud dunya? Jika belum susunlah beberapa pertanyaan kemudian tanyakan kepada guru!

  • Hasad

Hasad ialah tidak menyukai terhadap kebahagiaan orang lain, hatinya kesal dan selalu ingin kenikmatan itu hilang dari orang lain.

Hasad merupakan salah satu akhlak tercela yang hendaknya dijauhi oleh umat Islam. Hasad menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai dengki. Sedangkan dengki menurut KBBI ialah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Hasad secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu   حَسَدَ – يَحْسُدُ وَ يَحْسُدُ – حَسَدًا  (hasada-yahsudu wa yahsidu-hasadan). Sifat hasad merupakan kebalikan dari sifat ghibthah (ikut bahagia atas nikmat yang diterima orang lain). Sedangkan menurut istilah, hasad adalah menaruh perasaan benci yang amat sangat ketika melihat kenikmatan yang diberikan Allah Swt. kepada orang lain dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu.

Menurut Imam Al-Ghazali hasad memiliki dua tingkatan. Adapun tingkatan-tingkatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Pertama, tidak suka orang lain mendapatkan nikmat dan ingin menghilangkannya.
  2. Kedua, keinginan memperoleh nikmat serupa yang dimiliki orang lain, tanpa bermaksud atau berharap hilangnya nikmat itu pada orang lain.

Orang yang memiliki sifat hasad adalah orang yang tanpa alasan yang rasional tidak senang kepada segala kelebihan dan keutamaan yang dimiliki orang lain, baik kelebihan itu berupa harta benda, kekayaan, kedudukan, kehormatan, dan lain sebagainya. Bisa jadi, orang yang bersifat hasad akan membenci orang lain yang sebetulnya tidak memiliki nikmat atau kelebihan apa-apa, namun orang yang bersifat hasad menduga ia memilikinya.

Agar terhindar dari sifat hasad, hendaknya umat Islam juga memahami tentang akibat dari perbuatan atau adanya sifat hasad dalam diri, antara lain:

  1. Menyebabkan ketidaktenangan dan kerisauan yang tidak putus-putus karena akan selalu memikirkan bagaimana agar kebaikan itu hilang dari orang lain.
  2. Menghancurkan persatuan, kesatuan dan persaudaraan, karena biasanya orang yang hasad akan mengadu domba dan suka memfitnah.
  3. Mendapat kehinaan dan ketercelaan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi bila orang menyadari perbuatan hasadnya, maka orang lain akan memandang rendah dan menjauhinya.
  4. Melenyapkan amal kebaikan yang telah dilakukan.

Setelah memahami tentang keburukan sifat hasad, hendaknya kita mengetahui faktor-faktor yang dapat mencegah dari sifat hasad, yaitu:

  1. Bersilaturahmi
  2. Biasa berprasangka baik
  3. Memperbanyak rasa syukur
  4. Memperbanyak ibadah
  5. Bersikap rendah hati

Pendidikan Anti Korupsi

Sifat hasad yang memuncak akan mendorong seseorang untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya. Lawanlah dengki dengan ghibthah, yaitu saling mendukung, membantu, mendoakan dan turut merasa gembira atas kegembiraan yang sedang dirasakan oleh sesama.

Eksplorasi

Carilah informasi tentang dalil yang berkaitan dengan hubdud dunya dan hasad!

Evaluasi Pemahaman Materi 1

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!

  1. Apakah yang dimaksud hubbud dunya?
  2. Tulislah hadis tentang hubbud dunya beserta terjemahannya! Jawab:
  3. Sebutkan faktor yang dapat mencegah dari sifat hasad!
  4. Apakah yang hendaknya dilakukan agar terhindar dari sifat hubbud dunya?
  5. Apa dampak perilaku hasad terhadap amalan pelakunya?

Ujub

Ujub ialah membangga-banggakan diri sendiri di hadapan orang lain dengan tanpa merasa malu. Ujub ialah sifat yang dimiliki iblis yang menjadikannya diturunkan ke neraka sebab kesombongannya tidak mau bersujud pada Nabi Adam, as. merasa lebih mulia dari Nabi Adam sebab ia diciptakan dari api.

Sifat ujub dapat tumbuh dalam hati siapa pun. Adapun penyebab tumbuh atau munculnya sifat ujub adalah sebagai berikut:

  1. Mendapat sanjungan yang berlebihan.
  2. Bergaul dengan orang yang terkena penyakit ujub.
  3. Kufur nikmat dan lupa kepada Allah Swt.
  4. Berbangga-bangga dengan nasab dan keturunan.

Jika sifat ujub telah tumbuh dalam diri seseorang, maka orang tersebut akan menunjukkan ciri-ciri orang yang memiliki sifat ujub. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mempunyai kepribadian ganda (split personality) memiliki standar ganda dan tidak mengintegrasikan diri.
  2. Bermuka dua (hypocrisy) yang mengganggu stabilitas emosi.
  3. Menonjolkan emosi dari pada keramahan.
  4. Membanggakan diri dan menganggap diri paling baik.
  5. Sudah lupa berdoa kepada Allah Swt..

Beberapa akibat yang akan muncul karena memiliki sifat ujub, antara lain:

  1. Bisa masuk kepada sifat sombong, karena ujub merupakan pintu menuju kesombongan.
  2. Dijauhkan dari pertolongan Allah Swt..
  3. Terpuruk dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
  4. Dibenci dan dijauhi orang sekitar.

Setelah memahami bahwa sifat ujub merupakan sifat tercela, hendaknya umat Islam berusaha menghindarkan diri dari sifat tersebut. Adapun upaya yang dapat dilakukan umat Islam agar terhindar dari sifat ujub adalah sebagai berikut:

  1. Menyadari hakikat manusia diciptakan.
  2. Selalu mengingat nikmat Allah.
  3. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan setalah mati.
  4. Tidak berkawan dengan orang yang kagum akan dirinya sendiri.
  5. Tidak gemar memuji dan dipuji.

Sombong

Sombong disebut juga takabur. Secara bahasa sombong atau takabur berasal dari bahasa Arab  تَكَبَّرَ – يَتَكَبَّرُ – تَكَبُّرًا (takabbara – yatakabbaru – takabburan) yang artinya membesarkan diri dan menganggap dirinya lebih dari orang lain. Sedangkan menurut istilah, takabur adalah suatu sikap mental yang memandang rendah terhadap orang lain, sementara itu ia memandang tinggi dan mulia dirinya sendiri. Takabur juga dapat diartikan dengan berbangga diri dan kecenderungan memandang diri berada di atas orang lain yang disombonginya.

Adapun hal-hal yang menyebabkan seseorang memiliki sikap sombong atau takabur, antara lain:

  1. Merasa punya kelebihan dari orang lain, baik berupa; wajah yang rupawan, harta yang banyak, atau kedudukan yang tinggi.
  2. Merasa bahwa ibadah yang ia kerjakan telah banyak dan diterima oleh Allah Swt..

Orang yang sombong tidak akan disukai orang lain, sebab dengan kesombongannya ia cenderung merendahkan orang lain. Orang yang sombong juga akan sulit menerima kebenaran dan petunjuk. Dampak yang paling buruk adalah bahwa kesombongan akan menghalanginya masuk surga sebagaimana iblis yang diusir Allah dari surga akibat takabur.

Oleh karena itu, hendaknya umat Islam menghindari sifat sombong agar terhindar dari hal-hal buruk yang diakibatkan tumbuhnya sifat sombong dalam diri. Cara yang dapat dilakukan adalah senantiasa bersyukur atas nikmat Allah Swt. dan berusaha menyadari bahwa manusia tidaklah memiliki daya dan upaya selain atas karunia dan izin Allah Swt.

E. Riya’

Riya’ secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu kata arriya’ (الرياء) yang berasal dari kata kerja raâ (راءى) yang bermakna memperlihatkan. Sehingga dapat dipahami bahwa riya’ adalah memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Selain itu, riya’ juga bisa terjadi karena beribadah atau beramal bukan untuk Allah Swt..

Riya’ ada dua jenis. Pertama, hukumnya termasuk syirik akbar (syirik besar). Syirik akbar adalah jika seseorang melakukan suatu amal bukan karena Allah Swt.. Orang-orang yang termasuk melakukan syirik akbar atau melakukan sesuatu karena hanya ingin dipuji atau dianggap hebat. Sifat riya’ yang seperti inilah yang dimiliki oleh orang-orang munafik.

Kedua, hukumnya termasuk syirik asghar (syirik kecil). Orang-orang beriman sering terjerumus ke dalam sifat riya’ ini. Adapun yang termasuk dalam syirik asghar adalah kalau orang tersebut melakukan amal ibadah karena Allah Swt. sekaligus karena hal lain. Walaupun niatnya didominasi karena Allah Swt., terkadang orang-orang seperti ini melakukan sesuatu juga karena ingin dilihat orang lain, sehingga niatnya tercampur,

Karena riya’ termasuk sifat yang buruk, tentu akan memberikan dampak atau akibat buruk terhadap orang yang memilikinya. Beberapa akibat memiliki sifat riya’ adalah sebagai berikut:

  1. Mendapatkan dosa dan menghalangi pahala.
  2. Mendapatkan azab di akhirat dan masuk neraka.
  3. Membatalkan amal sehingga amal yang diperbuat menjadi sia-sia.
  4. Menjadi tidak tenang dan selalu gelisah saat tidak ada yang memuji.
  5. Menjadi takabur.
  6. Dibenci oleh banyak orang.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan umat Islam agar terhindar dari sifat riya’ adalah senantiasa melatih keikhlasan diri dengan mendasari segala sesuatu yang dikerjakan hanya untuk mencari rida Allah Swt.

Khazanah Ilmu

Salah satu sifat yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikannya kepada orang lain.

 Asosiasi

Carilah beberapa artikel di dalam buku, majalah, atau buletin yang berkaitan dengan sifat negatif (hubbud dunya, hasad, ujub, sombong, dan riya’) kemudian ringkaslah!

Komunikasi

Presentasikan kesimpulan dari hasil ringkasan tentang sifat negatif (hubbud dunya, hasad, ujub, sombong, dan riya’) yang Anda peroleh!

Evaluasi Pemahaman Materi 2

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!

  1. Apakah yang dimaksud riya’? Jawab:
  2. Jelaskan perbedaan ujub dan sombong! Jawab:
  3. Sebutkan akibat memiliki sifat sombong! Jawab:
  4. Bagaimanakah cara menghindarkan diri dari sifat sombong? Jawab:
  5. Sebutkan macam-macam riya’! Jawab:

Tugas Siswa Terstruktur

  1. Tugas Mandiri

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar!

  1. Jelaskan cara mengatasi penyakit cinta dunia! Jawab:
  2. Sebutkan fator-faktor penyebab hasad! Jawab:
  3. Apa pengertian takabur? Jawab:
  4. Bagaimanakah ciri-ciri orang yang memiliki sifat ujub? Jawab:
  5. Jelaskan yang dimaksud syirik akbar! Jawab:
  6. Tugas Kelompok

Kerjakan sesuai perintah!

  1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas lima siswa!
  2. Berdiskusilah tentang hubbud dunya, hasad, ujub, sombong, riya’ dan cara menghindarinya!
  3. Presentasikan hasil diskusi kelompok Anda secara bergantian dengan kelompok lain!
  4. Tugas Portofolio

Kerjakan sesuai perintah!

  1. Buatlah makalah tentang hubbud dunya, hasad, ujub, sombong, dan riya”!
  2. Kumpulkan makalah Anda kepada guru untuk mendapat penilaian!

Ikhtisar

  1. Hubbud dunya adalah cinta yang berlebih-lebihan kepada dunia.
  2. Hasad secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu حَسَدَ – يَحْسُدُ وَ يَحْسُدُ – حَسَدًا (hasada – yahsudu wa yahsidu-hasadan). Sifat hasad merupakan kebalikan dari sifat ghibthah (ikut bahagia atas nikmat yang di terima orang lain). Sedangkan menurut istilah, hasad adalah menaruh perasaan benci yang amat sangat ketika melihat kenikmatan yang diberikan Allah Swt. kepada orang lain dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu.
  3. Ujub dalam Islam diartikan sebagai perilaku atau sifat mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan dirinya sendiri.
  4. Sombong disebut juga takabur. Secara bahasa sombong atau takabur berasal dari bahasa Arab تَكَبَّرَ – يَتَكَبَّرُ – تَكَبُّرًا (takabbara-yatakabbaru-takabburan), yang artinya membesarkan diri dan menganggap dirinya lebih dari orang lain. Sedangkan menurut istilah, takabur adalah suatu sikap mental yang memandang rendah terhadap orang lain, sementara itu ia memandang tinggi dan mulia dirinya sendiri.
  5. Riya’ dalam secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu kata arriya’ (الرياء) yang berasal dari kata kerja raâ (راءى) yang bermakna memperlihatkan. Sehingga dapat dipahami bahwa riya’ adalah memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Selain itu, riya’ juga bisa terjadi karena beribadah atau beramal bukan untuk Allah Swt..

Aplikasi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

Nikmat yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada hamba-Nya tidak sama. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa harta benda, ada yang dikaruniai nikmat berupa anak, kecerdasan, kecantikan, dan lain sebagainya. Orang yang beriman akan bersikap qanaah, menerima apapun pemberian Allah Swt., sedangkan orang yang lemah imannya atau bahkan kafir, akan cenderung bersifat hubbud dunya, hasad, ujub, sombong, dan riya’ atas apa yang ia miliki dan ia kerjakan. Dengan memahami dan menghayati makna, penyebab, dan dampak negatif dari sifat tercela hubbud dunya, hasad, ujub, sombong, riya’ dan sifat-sifat turunannya, akan melahirkan karakter positif dalam diri kita, di antaranya: pandai bersyukur, tawaduk, toleran, ikhlas, dan senantiasa muhasabah.