Kasus Bullying dalam Dunia Pendidikan

Fenomena bullying merupakan sesuatu yang sebenarnya telah lama menghiasi dunia pendidikan. Namun, kasus bullying dalam dunia pendidikan saat ini semakin marak terjadi sehingga seolah dianggap sebagai hal yang lumrah. Perlu kita sadari bersama, bahwa bullying akan berdampak negatif pada korban di masa depannya, baik mental maupun pola pikir korban yang rusak dampak dari bullying tersebut. Bahkan depresi maupun tindakan bunuh diri seseorang disebabkan faktor dari bullying.

Sebagai gambaran, kasus bullying pada tahun 2022 yang terjadi pada salah satu pesantren modern. Korban bully oleh kakak tingkatnya hingga hilangnya nyawa, viral di media sosial dan menjadi pusat perhatian dalam dunia pendidikan. Selain kasus tersebut, terjadi juga kasus pembullyan yang dilakukan oleh para pelajar di Jawa Tengah. Uniknya pelaku bullyan tersebut merupakan siswa terbaik dan pernah menjuarai lomba. Bagi saya unik di karenakan ada potensi khusus dari pelaku tersebut yang bisa dikembangkan dengan baik tanpa menyakiti fisik seseorang dengan cara yang tidak baik.

Dari kasus-kasus tersebut, mari kita renungkan bersama, baik pendidik, maupun orangtua agar senantiasa mengingatkan kepada putra-putrinya agar menjadi anak yang baik dan manfaat untuk sesama, tanpa menyakiti dan melemahkan seseorang. Kasus bullying bisa dihentikan apabila ada komunikasi yang baik antara anak dan orangtua maupun pendidik.

Bullying merupakan tindakan kekerasan fisik dan atau kekerasan yang membahayakan psikis seseorang dalam jangka panjang. Berawal dari candaan biasa dan akhirnya menjadi kebiasaan yang harus di luruskan akan ketidak pantasan dalam etika bercanda. Bullying yang biasanya terjadi di dunia pendidikan adalah pemalakan, ejekan, pengucilan, tindakan mempermalukan seseorang, dan tindakan kekerasan fisik lainnya. Maka dari itu sebagai seorang pendidik harus mengingatkan betul akan bahaya dari bullying tersebut.

Beberapa faktor terjadinya bullying dan beberapa tipe pembully, diantaranya :
1. Bully Victims; umumnya si pelaku bullying pernah mengalami tindak bullying sehingga mereka merasa terkucilkan, merasa sendirian dan oleh sebab itu mereka menjadi jahat dengan orang lain.
2. Popular Bullying; hal ini terjadi karena ego si pembully, karena meraka merasa status mereka lebih tinggi, lebih hebat, lebih keren mereka cenderung untuk menyakiti orang lain untuk memenuhi ego mereka. Karena mereka merasa lebih powerful ketika mereka membully seseorang.
3. Rellational Bullies; hal ini didasari oleh perasaan iri dan cemburu kepada seseorang yang mereka bully sehingga mereka membully korban agar si korban merasa lebih kecil, merasa terintimidasi sehingga si pembully merasa mereka mempunyai sesuatu yang lebih daripada korban.
4. Serial Bullies; seorang pembully yang dari luar terlihat baik, manis, sopan, karismatik tetapi dibelakang mereka suka menyakiti orang lain dan kadang-kadang korban yang di bully tidak berani melaporkan apa yang terjadi dengan mereka karena mereka takut pihak yang di lapori tidak percaya dengan apa yang mereka laporkan.
5. Group Bullies; biasanya ini terjadi di dunia pendidikan, mereka akan melakukan bullying ketika mereka sedang bersama geng mereka.
6. Indefferent Bullies; adalah tipe yang sangat berbahaya karena pelaku bully ini memiliki gangguan mental dimana mereka merasa bahagia, merasa puas jika mereka membully seseorang.

Sebagai penutup di karenakan waktu shalat telah tiba, saya akan akhiri dengan kesimpulan pribadi yang mungkin kesimpulan ini bisa menjadi suatu solusi yang bisa dilakukakan oleh semua pihak. Mari kita lakukan sesuatu untuk mengurangi tingginya kasus bullying di dunia pendidikan. Dalam hal ini semua pihak yang terkait perlu bergandeng tangan untuk saling membantu mengurangi bullying di dunia pendidikan. Sanksi dalam kasus bullying harus diberikan kepada pelaku sebagai ketegasan dengan maksud untuk menimbulkan efek jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut.

Sebagai orangtua juga harus mengajarkan anak untuk berani mengatakan apa yang mereka alami dengan lebih terbuka dan merasa nyaman untuk bercerita dikarenakan dengan kenyamanan tersebut anak akan lebih terus terang dan terbuka dalam bercerita mengenai apa yang mereka alami. Apabila kita merupakan teman dari seorang korban, kita harus mensupport agar korban merasa tidak sendiri dan bisa kembali kesehatan mentalnya, selain itu korban juga bisa lebih percaya diri dan percaya bahwa korban mampu melewati masalahnya tersebut. Bagi korban harus mampu bisa tidak mendengarkan kata-kata jahat seseorang. Seperti dikatakan cepu, cemen, tidak berani dan lain lain sebagainya. Percaya diri bagi korban bullying sangat dibutuhkan untuk melakukan hal yang terbaik serta jangan pernah berfikir untuk membalasnya karena hal tersebut sama saja seperti yang pelaku lakukan bahkan tidak ada bedanya dengan mereka (sang pelaku).

Semoga tindakan bullying di dunia pendidikan bisa diatasi dengan bijak, tidak ada pelaku dan korban kembali yang bermunculan pada dunia pendidikan. Tugas mereka hanya fokus belajar dan bersosialisasi dengan teman-temannya agar mendapat masa depan yang lebih baik untuk dirinya, serta manfaat untuk bangsa dan negara.

Saya mudzakir Faozi, seorang yang dhoif, jika ada redaksi yang salah mohon untuk dikoreksi dan jika ada statement yang kurang tepat silahkan koment dibawah ini.